Warga Dusun Walafaylu Bursel Masih Terisolir
https://www.malukuchannelonline.com/2018/01/warga-dusun-walafaylu-bursel-masih.html
Ilustrasi |
Pantauan MALUKUCHANNEL.COM Senin (15/01/2018) masyarakat yang mendiami petuanan dusun Walafaylu,desa wamkana,kecamatan namrore,bursel saat ini dibarkan terlantar dan hidup di hutan belantara.
Komunitas ini hidupnya tersebar di dalam hutan, seperti di salah satu petuanan dusun Walafaylu, desa wamkana komunitas yang berada di dalam wilayah petuanan dusun ini hanya di diami sepuluh kepala keluarga (KK),namun sebagian masyarakat masih mendiami areal hutan di sejumlah wilayah tersebut.
Warga di sini belum memiliki agama formal yang diakui negara sehingga mereka di katagorikan sebagai masyarakat-masyarakat komunitas adat terpencil (KAT).
Untuk diketahui, dusun Walafaylu jauh dari namrole, pusat ibukota kabupaten bursel. jika masyarakat setempat ingin ke pusat kota membeli kebutuhan setiap hari,mereka harus menempuh jarak20 kilo meter dari pemukimannya dengan berjalan kaki menelusuri hutan dan lembah hinnga sampai di pusat ibukota.
Akses jalan menuju wilayah ini pernah dibuka namun hingga kini dibiarkan terbengkalai begitu saja, jalan pun belum di aspal dan masih berupa jalan tanah. jika musim penghujan maka seluruh ruas jalan tergenang air dan menjadi becek dan di tumbuhi rumput dan semak. sehingga keberadaan warga ini sungguh memprihatinkan dan jauh dari berbagai akses kemajuan yang saat ini dirasakan.
Masyarakat di dusun ini termasuk masyarakat yang dikucilkan. mereka menggunakan bahasa lokal masyarakat pulau buru, bukan bahasa indonesia. jika warga dari luar hendak mendatangi wilayah terpencil ini mereka selalu dipandu, dan bahkan untuk berkomunikasi pun dipakai penerjemahan, bila tidak mereka akan mengalami kesulitan .
"Warga di sini masih ada yang belum punya agama formal yang diakui pemerintah, dan mereka masih ada yang tinggal di hutan." jelas Sony Nurlatu, ketua adat setempat di dusun Walafaylu, desa wamkana.
Diakuinya, warga suku adt terpencil ini sama sekali belum memiliki agama dan tinggalnya pun terpencal di dalam di dalam hutan dan mereka belum mau hidup berkelompok.
Dia menyebut, rumah warga ini masih bersifat tradisional dan menggunakan atap rumah dari kulit kayu ataupun atap daun sagu. namun bila ada beberapa warga yang sudah tinggal berkelompok maka atap rumah mereka ada yang sudah menggunakan senk.
Ketua adat dusun walafaylu ini menyebutkan bahwa, selain belum mengenal agama, masyarakat di wilayahnya juga belum mengenal pendidikan,dan sangat di sayangkan sekali, karena apalagi sebut dia pemerintah daerah sampai sekarang belum melirik warganya yang hidup di wilayah terisolir tersebut.(MC)