2019 Pariwisata Indonesia Ditargetkan Terbaik Di Asean
https://www.malukuchannelonline.com/2017/02/pariwisata-indonesia-ditargetkan.html
Ambon, Maluku Channel.com Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti mengatakan tahun 2019, Pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN.
"Pesaing utama kita adalah Thailand dengan devisa pariwisata lebih dari 40 miliar Dollar AS," katanya dalam Seminar "Mem-branding Maluku", di Ambon, Selasa (7/2/2017).
Esthy Reko Astuti dalam paparannya mengenai Kebijakan Pemasaran Pariwisata Nusantara Tahun 2017, mengatakan country branding "Wonderful Indonesia" yang mencerminkan "Positioning" dan "Differentiating" pariwisata tanah air.
Kini branding tersebut telah melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47. Posisi tersebut mengalahkan country branding "Truly Asia" Malaysia yang berada pada ranking 96, dan "Amazing Thailand" pada peringkat ke- 83.
Disebutkannya, posisi semula tidak masuk dalam ranking branding dunia yang dilakukan oleh World Economic Forum melalui Travel & Tourism Competitive Index pada 2015.
"Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan komparatif," katanya.
Sektor tersebut juga telah menyumbangkan 10 persen produk domestik bruto (PDB) nasional, yang merupakan tertinggi di ASEAN, dengan pertumbuhan di atas rata-rata PDB industri, dan "spending" satu juta Dollar AS untuk PDB 170 persen, tertinggi untuk sektor industri di tanah air.
Selama lima tahun terakhir, kata Esthy lagi, lapangan pekerjaan di sektor pariwisata tumbuh sebanyak 30 persen. Sedikitnya ada 9,8 juta atau 8,4 persen lapangan pekerjaan yang dihasilkan oleh pariwisata, dengan pencipta lapangan pekerjaan termurah adalah 5.000 Dollar AS per satu pekerjaan.
Dari sisi devisa, pariwisata juga menjadi penyumbang keempat devisa nasional sebesar 9,3 persen, dengan pertumbuhan penerimaan devisa tertinggi sebanyak 13 persen dan biaya pemasaran hanya dua persen dari proyeksi devisa.
"Industri pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia, yakni 24 miliar Dollar AS pada 2019, melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit.
Untuk lebih meningkatkan sektor pariwisata, kata Esthy lagi, Kementerian Pariwisata menetapkan 10 destinasi prioritas pada 2017.
Lalu, Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Morotai (Maluku Utara).
"Destinasi tersebut yaitu Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Pulau Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Gunung Bromo (Jawa Timur), situs Candi Borobudur (Jawa Tengah).
Target dari Kementerian Pariwisata pada 2017 adalah menciptakan Bali baru dengan menetapkan 10 destinasi prioritas. Untuk Maluku meskipun tidak masuk dalam 10 destinasi prioritas, jangan berkecil hati karena tetap akan diperhatikan melalui dana-dana pengembangan pariwisata," katanya.
"Mem-branding Maluku" merupakan seminar kepariwisataan yang digelar untuk menyukseskan pelaksanaan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Kota Ambon.
Selain Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti, dihadirkan juga Hermawan Kartajaya (pakar pemasaran), Herry Margono (motivator), dan Witjaksono (pengusaha muda bidang perikanan) sebagai narasumber. (MC)
"Pesaing utama kita adalah Thailand dengan devisa pariwisata lebih dari 40 miliar Dollar AS," katanya dalam Seminar "Mem-branding Maluku", di Ambon, Selasa (7/2/2017).
Esthy Reko Astuti dalam paparannya mengenai Kebijakan Pemasaran Pariwisata Nusantara Tahun 2017, mengatakan country branding "Wonderful Indonesia" yang mencerminkan "Positioning" dan "Differentiating" pariwisata tanah air.
Kini branding tersebut telah melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47. Posisi tersebut mengalahkan country branding "Truly Asia" Malaysia yang berada pada ranking 96, dan "Amazing Thailand" pada peringkat ke- 83.
Disebutkannya, posisi semula tidak masuk dalam ranking branding dunia yang dilakukan oleh World Economic Forum melalui Travel & Tourism Competitive Index pada 2015.
"Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan komparatif," katanya.
Sektor tersebut juga telah menyumbangkan 10 persen produk domestik bruto (PDB) nasional, yang merupakan tertinggi di ASEAN, dengan pertumbuhan di atas rata-rata PDB industri, dan "spending" satu juta Dollar AS untuk PDB 170 persen, tertinggi untuk sektor industri di tanah air.
Selama lima tahun terakhir, kata Esthy lagi, lapangan pekerjaan di sektor pariwisata tumbuh sebanyak 30 persen. Sedikitnya ada 9,8 juta atau 8,4 persen lapangan pekerjaan yang dihasilkan oleh pariwisata, dengan pencipta lapangan pekerjaan termurah adalah 5.000 Dollar AS per satu pekerjaan.
Dari sisi devisa, pariwisata juga menjadi penyumbang keempat devisa nasional sebesar 9,3 persen, dengan pertumbuhan penerimaan devisa tertinggi sebanyak 13 persen dan biaya pemasaran hanya dua persen dari proyeksi devisa.
"Industri pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia, yakni 24 miliar Dollar AS pada 2019, melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit.
Untuk lebih meningkatkan sektor pariwisata, kata Esthy lagi, Kementerian Pariwisata menetapkan 10 destinasi prioritas pada 2017.
Lalu, Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Morotai (Maluku Utara).
"Destinasi tersebut yaitu Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Pulau Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Gunung Bromo (Jawa Timur), situs Candi Borobudur (Jawa Tengah).
Target dari Kementerian Pariwisata pada 2017 adalah menciptakan Bali baru dengan menetapkan 10 destinasi prioritas. Untuk Maluku meskipun tidak masuk dalam 10 destinasi prioritas, jangan berkecil hati karena tetap akan diperhatikan melalui dana-dana pengembangan pariwisata," katanya.
"Mem-branding Maluku" merupakan seminar kepariwisataan yang digelar untuk menyukseskan pelaksanaan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Kota Ambon.
Selain Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti, dihadirkan juga Hermawan Kartajaya (pakar pemasaran), Herry Margono (motivator), dan Witjaksono (pengusaha muda bidang perikanan) sebagai narasumber. (MC)