Warung Anak Sehat Hadir di Ambon, Untuk Jajanan Sekolah Sehat
https://www.malukuchannelonline.com/2017/11/warung-anak-sehat-hadir-di-ambon-untuk.html
AMBON, Malukuchannel.com - Tingkat Kesehatan Masyarakat Indonesia Terutama di Wilayah Timur Masih Menjadi Sorotan. Di provinsi Maluku masih ada permasalahan gizi buruk pada anak usia 5 sampai 12 tahun, yang ditandai dengan prevalensi stunting (pendek) lebih 30 persen dan wasting (kurus) lebih 5 persen, di atas angka rata-rata Nasional (Riskesdes 2013).
Hal tersebut menunjukan bahwa perbaikan dari sisi pola hidup yang bersih dan sehat termasuk pola makan atau jajan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir permasalahan gizi pada anak usia sekolah agar dapat menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Pekan Kemarin.
Pola makan atau jajan yang sehat tentunya perlu didukung dengan ketersediaan akses terhadap makanan/jajanan yang aman, bersih dan bergizi. Berdasarkan penelitian proyek perubahan yang dilakukan oleh Balai POM di Maluku terhadap delapan SD di Kota Ambon bulan Agustus-Oktober 2017 dengan uji sampling terhadap sekolah dan penjual.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan persentase jajanan yang telah memenuhi standar keamanan pangan setelah dilakukannya intervensi dari 50 pesren menjadi 70 persen.
Adapun hasil uji jajanan yang tidak memenuhi standar keamanan pangan secara mikrobiologi sangat berkaitan erat dengan rendahnya penerapan higiene sanitasi dalam pengolahan dan penyajian makanan, serta perilaku para penjual makanan jajanan.
Untuk mengubah perilaku para penjual jajanan menjadi lebih baik sesuai kaidah PHBS (perilaku hidup besih dan sehat) agar menghasilkan makanan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi, perlu dilakukan upaya yang komprehensif melalui sinergitas program kegiatan dari beberapa stakeholder baik pemerintah maupun swasta.
Sinergitas program kegiatan dapat dilakukan dl bereberapa periode, sehigga perubahan perilaku yang diharapkan sesuai kaidah PHBS dapat menjadi kebiasaan yang baik dan pada akhirnya menghasilkan jajanan yang sehat untuk melahirkan generasi bangsa yang maju dan cerdas.
Program Warung Anak Sehat (WAS) hadir untuk mewujudkan sekolah dengan kantin sehat melalui pendampingan dan penyediaan material edukasi. Program WAS yang diprakarsai oleh Sarihusada tersebut telah merangkul 350 sekolah dasar (SD) di Indonesia termasuk di Kota Ambon, Bogor, Bandung dan Yogyakarta.
Ditemui di SD Negeri 1 Poka salah satu sekolah binaan WAS, Talitha Andini Prameswari selaku WAS Project Manager dari Sarihusada memaparkan, usaha dan kontribusi Warung Anak Sehat dalam memperbaiki pola jajan pada anak sekolah.
"Program WAS ini telah berjalan secara berkesinambungan dengan fokus terhadap pemenuhan gizi sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dan pemberdayaan perempuan melalui usaha mikro.
Selain melakukan edukasi gizi terhadap seluruh elemen masyarakat sekolah, kami juga melatih para ibu kantin sekolah agar dapat menyediakan alternatif jajanan yang lebih sehat.
"Dengan adanya program WAS, kami berharap dapat membantu memperbaiki gizi anak sekolah agar mereka mampu mengembangkan kemampuan fisik, kognitif dan sosial-emosional secara optimal, sehingga dapat tercipta Generasi Maju Indonesia,"jelas Talitha.
Dalam melakukan edukasi gizi maupun pelatihan kepada penjual atau pengelola katin sekolah atau Ibu Warug Anak Sekolah (IWAS), Sarihusada turut mengandeng ahli atau instansi terkait, salah satunya yaitu CARE International Indonesia.
Selain itu, Sarihusada juga menuju sekolah-sekolah yang juga merupakan rekomendasi dari pemerintah, sehigga program WAS dapat bersinegis dengan program pemerintah dan berjalan tepat sasaran.
Kepala Balai POM Maluku, Sandra Linthin yang hadir pada kunjungan sekolah Program Warung Anak Sehat di SDN 1 Poka mengatakan, tidak mudah mengontrol pola jajan anak di luar rumah terutaa di sekolah, dimana anak-anak dapat bebas memilih makanan dengan uang saku yang mereka miliki.
Apalagi masih banyak sekolah yang belum memiliki kantin, sehingga anak masih memperoleh jajanan dari luar padahal penjual diluar sekolah bukanlah pedagang tetap, tetapi selalu berpindah-pindah sehingga resiko mengonsumsi pangan yang tidak sehat sangat tinggi.
Balai POM di Maluku telah melakkukan pengawalan terhaap jajanan anak sekolah melalui program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) sejak tahun 2010 sampai saat ini, dengan harapan stakeholder terkait (Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan) juga dapat bersama-sama melakukan pengawalan.
Partisipasi dan dukungan sekolah dalam program WAS salah satunya ditunjukkan dengan perkembangan kantin sekolah di SDN 1 Poka. Burhan Sangadji, S.Pd Kepala SDN 1 Poka, menuturkan, dengan adanya program Warung Anak Sehat dapat menimbulkan minat jajan didalam lingkungan sekolah semakin tinggi.
Para siswa semakin terbiasa dan gemar mengonsumsi berbagai jajanan sehat yang diolah dan disajikan sendiri oleh IWAS. Dengan adanya edukasi gizi dari program WAS, para guru dan orang tua murid juga semakin sadar akan pentingnya jajanan sehat.
Desiane Kiriweno Johanis sudah dua tahun mengelola kantin SDN 1 Poka. Ia mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah termasuk sesama orang tua murid, untuk terus mengembangkan kantinnya dengan bergabung di program WAS.
"Sebagai IWAS, kini saya semakin kreatif dalam mengelola bahan makanan berbasis pangan lokal. Dengan adanya edukasi gizi dan pelatihan dari WAS, saya lebih memahami bagaimana cara mengkombinasikan makanan bergizi, menghindari bahan tambahan pemanis, pewarna, dan perasa yang berbahaya, dimana pengolahan dan penyajian makanan haruslah memperhatikan kebersihan dan keamanan peralatan dan pangan,"ulasnya.
Contohnya, saya dapat membuat lemet dari campuran ketela pohok (singkong), kelapa dan gula merah. Makanan ini juga merupakan salah satu kegemaran para siswa. Para orang tua dan guru semakin mendukung saya untuk terus berinovasi dalam menyediakan alternatif jajanan yang sehat.
Desi menuturkan, dengan adanya progrm WAS, ia juga dapat mengembangkan kantinnya sebagai sebuh usaha yang menghasilkan. Adanya pelatihan usaha termasuk pembukuan keuangan dasar dapat meningkatkan pendapatannya lebih dari 50 persen.
Tidak hanya ibu Desi, berdasarkan hasil monitoring/survey yang dilakukan oleh CARE Internasonal Indonesia, dari 50 IWAS binaan di Ambon, sebanyak 66 persen juga mengalami peningkatan pendapatan dengan persentase sama.
Sebanyak 88,6 persen telah bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan hasil pendapatan sebagai IWAS di rumah tangga mereka.
"Kemandirian para IWAS binaan kami baik dari segi usaha maupun kreativitas dalam menyediakan jajanan yang sehat, dapat menunjukkan bahwa program WAS bermanfaat tidak
hanya untuk meningkatkan kesehatan anak, namun juga kesejahteraan masyarakat setempat melalui praktek kewirausahaan di sekolah yang terimplementasi dalam usaha kantin sekolah,"tutup Talitha. (Mc-G)
Hal tersebut menunjukan bahwa perbaikan dari sisi pola hidup yang bersih dan sehat termasuk pola makan atau jajan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir permasalahan gizi pada anak usia sekolah agar dapat menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Pekan Kemarin.
Pola makan atau jajan yang sehat tentunya perlu didukung dengan ketersediaan akses terhadap makanan/jajanan yang aman, bersih dan bergizi. Berdasarkan penelitian proyek perubahan yang dilakukan oleh Balai POM di Maluku terhadap delapan SD di Kota Ambon bulan Agustus-Oktober 2017 dengan uji sampling terhadap sekolah dan penjual.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan persentase jajanan yang telah memenuhi standar keamanan pangan setelah dilakukannya intervensi dari 50 pesren menjadi 70 persen.
Adapun hasil uji jajanan yang tidak memenuhi standar keamanan pangan secara mikrobiologi sangat berkaitan erat dengan rendahnya penerapan higiene sanitasi dalam pengolahan dan penyajian makanan, serta perilaku para penjual makanan jajanan.
Untuk mengubah perilaku para penjual jajanan menjadi lebih baik sesuai kaidah PHBS (perilaku hidup besih dan sehat) agar menghasilkan makanan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi, perlu dilakukan upaya yang komprehensif melalui sinergitas program kegiatan dari beberapa stakeholder baik pemerintah maupun swasta.
Sinergitas program kegiatan dapat dilakukan dl bereberapa periode, sehigga perubahan perilaku yang diharapkan sesuai kaidah PHBS dapat menjadi kebiasaan yang baik dan pada akhirnya menghasilkan jajanan yang sehat untuk melahirkan generasi bangsa yang maju dan cerdas.
Program Warung Anak Sehat (WAS) hadir untuk mewujudkan sekolah dengan kantin sehat melalui pendampingan dan penyediaan material edukasi. Program WAS yang diprakarsai oleh Sarihusada tersebut telah merangkul 350 sekolah dasar (SD) di Indonesia termasuk di Kota Ambon, Bogor, Bandung dan Yogyakarta.
Ditemui di SD Negeri 1 Poka salah satu sekolah binaan WAS, Talitha Andini Prameswari selaku WAS Project Manager dari Sarihusada memaparkan, usaha dan kontribusi Warung Anak Sehat dalam memperbaiki pola jajan pada anak sekolah.
"Program WAS ini telah berjalan secara berkesinambungan dengan fokus terhadap pemenuhan gizi sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dan pemberdayaan perempuan melalui usaha mikro.
Selain melakukan edukasi gizi terhadap seluruh elemen masyarakat sekolah, kami juga melatih para ibu kantin sekolah agar dapat menyediakan alternatif jajanan yang lebih sehat.
"Dengan adanya program WAS, kami berharap dapat membantu memperbaiki gizi anak sekolah agar mereka mampu mengembangkan kemampuan fisik, kognitif dan sosial-emosional secara optimal, sehingga dapat tercipta Generasi Maju Indonesia,"jelas Talitha.
Dalam melakukan edukasi gizi maupun pelatihan kepada penjual atau pengelola katin sekolah atau Ibu Warug Anak Sekolah (IWAS), Sarihusada turut mengandeng ahli atau instansi terkait, salah satunya yaitu CARE International Indonesia.
Selain itu, Sarihusada juga menuju sekolah-sekolah yang juga merupakan rekomendasi dari pemerintah, sehigga program WAS dapat bersinegis dengan program pemerintah dan berjalan tepat sasaran.
Kepala Balai POM Maluku, Sandra Linthin yang hadir pada kunjungan sekolah Program Warung Anak Sehat di SDN 1 Poka mengatakan, tidak mudah mengontrol pola jajan anak di luar rumah terutaa di sekolah, dimana anak-anak dapat bebas memilih makanan dengan uang saku yang mereka miliki.
Apalagi masih banyak sekolah yang belum memiliki kantin, sehingga anak masih memperoleh jajanan dari luar padahal penjual diluar sekolah bukanlah pedagang tetap, tetapi selalu berpindah-pindah sehingga resiko mengonsumsi pangan yang tidak sehat sangat tinggi.
Balai POM di Maluku telah melakkukan pengawalan terhaap jajanan anak sekolah melalui program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) sejak tahun 2010 sampai saat ini, dengan harapan stakeholder terkait (Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan) juga dapat bersama-sama melakukan pengawalan.
Partisipasi dan dukungan sekolah dalam program WAS salah satunya ditunjukkan dengan perkembangan kantin sekolah di SDN 1 Poka. Burhan Sangadji, S.Pd Kepala SDN 1 Poka, menuturkan, dengan adanya program Warung Anak Sehat dapat menimbulkan minat jajan didalam lingkungan sekolah semakin tinggi.
Para siswa semakin terbiasa dan gemar mengonsumsi berbagai jajanan sehat yang diolah dan disajikan sendiri oleh IWAS. Dengan adanya edukasi gizi dari program WAS, para guru dan orang tua murid juga semakin sadar akan pentingnya jajanan sehat.
Desiane Kiriweno Johanis sudah dua tahun mengelola kantin SDN 1 Poka. Ia mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah termasuk sesama orang tua murid, untuk terus mengembangkan kantinnya dengan bergabung di program WAS.
"Sebagai IWAS, kini saya semakin kreatif dalam mengelola bahan makanan berbasis pangan lokal. Dengan adanya edukasi gizi dan pelatihan dari WAS, saya lebih memahami bagaimana cara mengkombinasikan makanan bergizi, menghindari bahan tambahan pemanis, pewarna, dan perasa yang berbahaya, dimana pengolahan dan penyajian makanan haruslah memperhatikan kebersihan dan keamanan peralatan dan pangan,"ulasnya.
Contohnya, saya dapat membuat lemet dari campuran ketela pohok (singkong), kelapa dan gula merah. Makanan ini juga merupakan salah satu kegemaran para siswa. Para orang tua dan guru semakin mendukung saya untuk terus berinovasi dalam menyediakan alternatif jajanan yang sehat.
Desi menuturkan, dengan adanya progrm WAS, ia juga dapat mengembangkan kantinnya sebagai sebuh usaha yang menghasilkan. Adanya pelatihan usaha termasuk pembukuan keuangan dasar dapat meningkatkan pendapatannya lebih dari 50 persen.
Tidak hanya ibu Desi, berdasarkan hasil monitoring/survey yang dilakukan oleh CARE Internasonal Indonesia, dari 50 IWAS binaan di Ambon, sebanyak 66 persen juga mengalami peningkatan pendapatan dengan persentase sama.
Sebanyak 88,6 persen telah bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan hasil pendapatan sebagai IWAS di rumah tangga mereka.
"Kemandirian para IWAS binaan kami baik dari segi usaha maupun kreativitas dalam menyediakan jajanan yang sehat, dapat menunjukkan bahwa program WAS bermanfaat tidak
hanya untuk meningkatkan kesehatan anak, namun juga kesejahteraan masyarakat setempat melalui praktek kewirausahaan di sekolah yang terimplementasi dalam usaha kantin sekolah,"tutup Talitha. (Mc-G)