Akibat Pengikisan Talud Rumah Nyaris Hanyut, Warga Minta Perhatian Pemerintah
https://www.malukuchannelonline.com/2024/05/akibat-pengikisan-talud-rumah-nyaris.html
AMBON, MALUKU CHANNEL ONLINE - Akibat terjadi Pengikisan Talud di Sungai Wayari, Pemukiman Warga Dusun Wainusalaut, Negeri Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) Nyaris tersapu Arus Sungai yang kuat.
Warga dibantaran Sungai tersebut meminta Perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malteng untuk menanggapi Bahaya yang sudah melanda Pemukiman tersebut.
Rilis yang diterima Media ini pada, Minggu (26/05/2024) J. Hutubessy, mengatakan, Akibat Arus Sungai yang sangat Deras pada Sabtu kemarin pada pukul 11.45 WIT malam mengakibatkan Kamar Mandi dan dapurnya tersapu Arus Sungai.
Menurutnya, sebelumnya Dampak sudah mereka Rasakan pada Waktu Minggu kemarin, Banjir mengakibatkan terjadi Longsor pada Bantaran Sungai sehingga Nyaris Dapur dan Kamar mandinya terbawa Arus Sungai.
Karena belum ada Perhatian Pemerintah, maka bersama beberapa Warga yang Terdampak Bencana tersebut mengambil langkah untuk melakukan Normalisasi Sungai tersebut.
"Katong (kami) Keluarga Hutubessy ambel langkah, Katong kumpul uang, Katong pakai Alat, Eksavator melakukan Normalisasi Sungai," ungkapnya.
Ia mengakui kalau Raja Suli pada saat itu juga memberikan Bantuan untuk Pelaksanaan Normalisasi Sungai Wayari.
"Raja Suli kasih 3,5 Juta dan katong 3,5 Juta, karena Alat itu satu hari 7 Juta," ujarnya.
Namun karena masalah Anggaran, upaya yang sudah dilakukan Warga dibantaran Sungai serta Raja Negeri Suli Mubasir, karena pada saat terjadi Banjiri besar pada Sabtu itu, apa yang sudah dilakukan tersapu Arus Sungai yang sangat Deras sehingga Dapur dan Kamar mandinya terseret Arus Sungai.
"Apa yang katong lakukan satu hari itu, tutup semua, akang hilang cuma dalam Waktu Menit saja," ucapnya.
Untuk itu, sebelumnya Pihak Pemerintah Negeri (Pemneg) sudah melakukan Koordinasi dengan Kadis maupun Kepala Bidang (Kabid) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Malteng, namun belum ada langkah Bencana sudah terjadi.
"BNPB sudah turun Ukur, Pas dong (mereka) turun Ukur siang itu, malam. Akang habis," katanya.
Ia menambahkan, pada Sabtu pukul 10.00 WIT, bersama Camat Salahutu, Danramil bersama Babinsa, Kepolisian turun langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk membicarakan Permasalahan yang saat ini terjadi.
Namun untuk Penanggulangan Bahaya yang pasti, menurutnya belum Kepastian kapan, sementara saat ini adalah Musim Penghujan sehingga Warga dibantaran Sungai sangat mencemaskan Keselamatan.
Lanjut dikatakan, Pihaknya meminta agar Pihak-pihak Terkait untuk sesegera memberi Perhatian atas apa yang saat ini sementara dialami beberapa Kepala Keluarga yang berada dibantaran Sungai Wayari.
Selain Perhatian Pemda Malteng, dirinya juga meminta Perhatian Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Maluku.
"Beta (saya) berharap, ada Perhatian Instansi Terkait seperti BNPB, BWS secepatnya, karena Musim Timur ini baru mulai, ada tiga bulan kedepan, jangan sampai kita tidak bisa buat apa-apa lagi," harapnya.
Diakuinya, yang dibutuhkan pada saat ini, Normalisasi Sungai terlebih dahulu untuk membenahi yang sudah dilakukan awal oleh Warga.
Dari katong Masyarakat disini minta Normalisasi dulu baru bisa Bronjong masuk, karena Normalisasi tanpa Bronjong pun Mubasir.
Ia menambahkan, Normalisasi terakhir yang dilakukan BWS Provinsi Maluku pada tahun 2015 dan sampai saat ini belum dilakukan Normalisasi ulang.
Diakuinya, pada Waktu dilakukan Normalisasi tersebut tidak ada Dampak selang 4 tahun barulah ada Dampak, karena ada Penambangan Galian C secara Ilegal oleh Oknum-oknum Masyarakat yang tidak bertanggungjawab.
Dijelaskan pula, Penambangan Liar tersebut sudah dilaporkan ke Pihak Negeri, namun belum juga bisa mengatasi Penambangan Ilegal.
Katong sudah Lapor ke Desa dan Desa ambil langkah supaya bikin Peraturan Negeri (Perneg) sehingga Masyarakat itu Takut.
"Dirinya meminta Perhatian Serius Pemerintah agar segera menangani Bencana Alam yang saat ini terjadi pada Warga dibantaran Sungai Wayari," tutupnya. (TIM)